Jilbabkoe
Sunday, October 15, 2006
Assalamu'alaikum
Dengan kondisi yang sangat belum nyaman ini, akhirnya aku sudah bisa melewati satu bulan lebih tinggal di Honolulu Hawaii. Waktu yang masih cukup pendek untuk melakukan adaptasi, tapi waktu yang cukup untuk memberikan gambaran, bahwa aku menjadi makhluk yang unik dan luar biasa dengan jilbab yang menempel di kepalaku.
Pada minggu-minggu pertama aku sempat mengambil kesimpulan, bahwa orang US atau paling tidak orang yang hidup di US sudah memiliki perpandangan luas, dan tidak menilai orang dari sisi penampilan. Tapi lambat laun Jilbab yang menjadi hal unik di lingkungan yang semuanya serba minim ini (terlebih sekarang musim summer) menarik juga untuk terus diusik.
Teman-teman yang tinggal satu dormitory mungkin tidak akan mempermasalahkan atau paling tidak sudah tidak asing lagi dengan jilbabku, karena beberapa kawan dari Indonesia sebelumnya juga ada yang memakai hal yang sama.
Keusilan mulai terjadi ketika aku masuk di HELP (Hawaii Education Language Program) yang studentnya kebanyakan dari orang-orang Asia (Korea, Jepang, Vietnam, Thailand and China). Pertama datang, mereka hanya memandang heran, mungkin yang ada dipikiran mereka "mahluk dari mana nih?." Tapi lama-lama mereka berani bertanya, mulai dari nama benda yang menutupi rambutku, alasanku memakainya, kondisiku saat memakainya apakah panas ato tidak hingga kecurigaan kalau aku punya masalah dengan rambut. Pelan dan mantap aku selalu berusaha menjelaskannya. Namun tak urung semua itu menambah penasaran orang-orang. Bahkan ada yang terang-terangan memintakku (sometimes) untuk membuka jilbabku. Dalam setiap penjelasan yang aku berikan tentang jilbab, aku selalu hubungkan dengan Islam, walaupun di luar perkiraanku ada teman dari Vietnam yang tidak tahu what is Islam?. Aku tidak berani menyimpulkan, apakah memang Islam benar-benar tidak populer atau tidak disinggung di Vietnam, atau mungkin temanku ini yang terlalu kuper. Ketika aku menyebut Islam, dia membutuhkan waktu untuk membuka dictionary electricnya dan memintaku mengucapkan huruf perhuruf dari kata Islam. Instructurku pun, si cakep Jake, juga tidak ketinggalan memberi komentar tentang jilbabku. Dia menegaskan kalau belum pernah punya kenalan yang memakai jilbab, walaupun dia sudah beberapa kali melihat orang berjilbab waktu di Bali. Dan dia sangat supraise ketika menyadari bahwa orang berjilbab memiliki pandangan, keaktifan yang sama dengan yang lain. Mungkin dia melihat aku tidak pernah punya problem di kelas.
Terlepas dari kegundahan dan beratnya mempertahankan jilbab, dari jilbab ini pulalah aku belajar banyak hal. Paling tidak penampilanku selalu mencuri perhatian dari orang-orang di sekitarku dan aku bisa improve bahasaku karena aku meski menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Dan yang terahir, mereka sangat mengagumiku, sebab di tengah cuaca Hawaii yang panas, aku adalah orang yang paling kuat menahannya dengan tetap memakai jilbab dan baju tertutup, "you are a strong woman", itu yang diucapkan temenku dari Korea.
By the way, doakan aku ya agar bisa tetap konsisten mempertahankan jilbab ini. Amin.
Dengan kondisi yang sangat belum nyaman ini, akhirnya aku sudah bisa melewati satu bulan lebih tinggal di Honolulu Hawaii. Waktu yang masih cukup pendek untuk melakukan adaptasi, tapi waktu yang cukup untuk memberikan gambaran, bahwa aku menjadi makhluk yang unik dan luar biasa dengan jilbab yang menempel di kepalaku.
Pada minggu-minggu pertama aku sempat mengambil kesimpulan, bahwa orang US atau paling tidak orang yang hidup di US sudah memiliki perpandangan luas, dan tidak menilai orang dari sisi penampilan. Tapi lambat laun Jilbab yang menjadi hal unik di lingkungan yang semuanya serba minim ini (terlebih sekarang musim summer) menarik juga untuk terus diusik.
Teman-teman yang tinggal satu dormitory mungkin tidak akan mempermasalahkan atau paling tidak sudah tidak asing lagi dengan jilbabku, karena beberapa kawan dari Indonesia sebelumnya juga ada yang memakai hal yang sama.
Keusilan mulai terjadi ketika aku masuk di HELP (Hawaii Education Language Program) yang studentnya kebanyakan dari orang-orang Asia (Korea, Jepang, Vietnam, Thailand and China). Pertama datang, mereka hanya memandang heran, mungkin yang ada dipikiran mereka "mahluk dari mana nih?." Tapi lama-lama mereka berani bertanya, mulai dari nama benda yang menutupi rambutku, alasanku memakainya, kondisiku saat memakainya apakah panas ato tidak hingga kecurigaan kalau aku punya masalah dengan rambut. Pelan dan mantap aku selalu berusaha menjelaskannya. Namun tak urung semua itu menambah penasaran orang-orang. Bahkan ada yang terang-terangan memintakku (sometimes) untuk membuka jilbabku. Dalam setiap penjelasan yang aku berikan tentang jilbab, aku selalu hubungkan dengan Islam, walaupun di luar perkiraanku ada teman dari Vietnam yang tidak tahu what is Islam?. Aku tidak berani menyimpulkan, apakah memang Islam benar-benar tidak populer atau tidak disinggung di Vietnam, atau mungkin temanku ini yang terlalu kuper. Ketika aku menyebut Islam, dia membutuhkan waktu untuk membuka dictionary electricnya dan memintaku mengucapkan huruf perhuruf dari kata Islam. Instructurku pun, si cakep Jake, juga tidak ketinggalan memberi komentar tentang jilbabku. Dia menegaskan kalau belum pernah punya kenalan yang memakai jilbab, walaupun dia sudah beberapa kali melihat orang berjilbab waktu di Bali. Dan dia sangat supraise ketika menyadari bahwa orang berjilbab memiliki pandangan, keaktifan yang sama dengan yang lain. Mungkin dia melihat aku tidak pernah punya problem di kelas.
Terlepas dari kegundahan dan beratnya mempertahankan jilbab, dari jilbab ini pulalah aku belajar banyak hal. Paling tidak penampilanku selalu mencuri perhatian dari orang-orang di sekitarku dan aku bisa improve bahasaku karena aku meski menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Dan yang terahir, mereka sangat mengagumiku, sebab di tengah cuaca Hawaii yang panas, aku adalah orang yang paling kuat menahannya dengan tetap memakai jilbab dan baju tertutup, "you are a strong woman", itu yang diucapkan temenku dari Korea.
By the way, doakan aku ya agar bisa tetap konsisten mempertahankan jilbab ini. Amin.
1 Comments:
« back home
Post a Commentsaya salut nik dengan semangatmu, Allah tidak akan menyia-nyiakan niat dan semangatmu... success!