Belajar dari Kehilangan

Monday, April 06, 2009
Sekitar setahun setengah lalu, seorang kawan yang kuliah di Belanda berkirim email, dia mengabarkan cerita sedih. Dia baru pulang dari Indo untuk mengumpulkan data. Dari Indonesia dia mengambil pesawat langsung ke Paris (kalau tidak salah, pokoknya negara di Eropa), dari Eropa dia naik kereta menuju ke negara eropa lainnya. Entah apa yang terjadi, dia baru sadar ketika menyadari laptopnya sudah tidak ada. Dalam kondisi kalut, di mencoba mencari kantor polisi dan melaporkannya. Tapi kondisi semakin ribet, ketika polisinya tidak bisa bahasa enggris. Beruntung ada kawan Indonesia yang tinggal di negara tersebut dan membantu untuk mentransitenya.

Dengan keadaan masih tidak menentu dia kembali ke Belanda, karena kelas sudah dimulai. Bagi Mahasiswa kehilangan laptop adalah segalanya, apalagi kawan saya tersebut baru mengcollect data dari Indonesia untuk thesis. Alhamdulillah, tangan Tuhan bermain di sini, suatu hari dia mendapatkan kiriman paket, dan ternyata ketika dibuka isinya adalah CD, yang isinya semua data yang ada di laptopnya. Dia menangis, antara bersyukur dan gemas. Bersyukur, karena orang tersebut masih berbaik hati dengan mengirim data-data pentingnya, jadi dia bisa melanjutkan thesisnya. Gemes, kenapa hanya datanya aja yang dikembalikan, kemana laptopnya?

Cerita lainnya dari kawan satu dormitoryku yang asalnya dari Madiun. Tiga minggu lalu saat dia berpindah ke lap komputer, dia lupa meninggalkan laptopnya di kelas sebellumnya, 15 menit kemudian dia baru ingat, tapi laptopnya sudah hilang. Akhirnya dia lapor ke security campus dan Honolulu police. Dia juga membuat pengumuman yang ditempel di seluruh kampus. Hingga seminggu setelahnya tidak ada kabar, karena pentingnya fungsi laptop, akhirnya dia membeli laptop baru, yang sama persis dengan laptop dia yang hilang. Eh jarak dua minggu setelah dia membeli laptop baru, dia mendapatkan telfon dari seseorang yang bilang menemukan laptopnya. dan kembalilan laptop lamanya dengan selamat ke tangannya. Dan laptop barunya dibeli sama tetangga kamarnya. Alhamdulillah.

Cerita happy ending ini tidak terjadi pada kawan lainnya yang kehilangan backpacknya di bandara Soekarno Hatta, ketika hendak pulang ke Hawaii. Hilang sudah laptop dan passport nya, hingga dia harus menunda selama sebulan keberangkatannya karena harus mengurusi lagi passport dan visanya di Surabaya. dan laptopnya tidak pernah kembali, walaupun sekedar datanya. Makanya kami mahasiswa biasanya membuat pertahanan penyimpanan berlapis, mulai menyimpan di hardisk laptop, external, dan juga di beberapa email. Biar bila sesuatu terjadi, masih ada data yang bisa dilacak. Gak kebayangkan harus ngumpul 3 paper keesokan harinya, eh malamnya motherboard laptop bobrok.....dan itu pernah aku alami huwaaaaaaa

Ada juga kawan mahasiswa yang tiba2 meraung-raung menangis, karena uang di accountnya tiba2 berkurang ribuan dolar, ternyata itu akibat hecker. Bagaimana tidak bingung, bagi mahasiswa seperti kami yang mendapatkan beassiswa pas-pasan terus harus kena keisengan hacker hingga kehilangan uang tersebut. Apakah para hacker itu berpikir kalau semua orang yang punya rekening dalam dollar itu adalah orang kaya? ENGGAK. Memang sepertinya kami kaya, karena sekali mendapat kiriman, kami langsung mendapat ribuan dolar, tapi itu untuk hidup 3 bulan. harus bayar housing, harus bayar makan sehari-hari, belum lagi beli buku yang harganya menjerat leher. SO STOP HACKING UANG ORANG...

Mari Belajar jadi orang bai
 
posted by Nihayatul (Ninik) Wafiroh at 4:15 PM, |

0 Comments: