Health Service in USA
Wednesday, April 16, 2008
Kebanyakan orang berpikir kalau pelayanan kesehatan di USA sangat bagus. Dengan menggunakan asuransi orang bisa lebih ringan ketika membutuhkan pertolongan medis. Apakah itu selamanya betul?
Salah satu teman Indonesia saya yang tinggal di Hawaii dengan keluarganya pernah bercerita. Suatu saat anak laki-lakinya yang masih sekitar berumur 5 tahun kepalanya berdarah-darah sehabis terbentur pojok meja. Lalu dengan keadaan panik, dia membawa anaknya ke hospital yang bagian emergency. Tapi ternyata disana dia tidak segera mendapat penanganan. Dia harus menunggu hingga 5 jam. Bukannya tidak ada dokter saat itu or bukannya rumahsakit terlalu rame hingga harus antri. Sebenernya banyak dokter yang keluar masuk, pasiennya juga gak banyak-banyak amat. Titik permasalahnnya kenapa dia lambat ditangani karena dia harus menunggu dokter yang sudah memiliki kerjasama dengan asuransinya. Jadi tidak sembarang dokter bisa menangani pasien, karena semuanya urusannya dengan asuransi.
Pernah juga saya melihat tayangan di youtube, disitu ada kata-kata menarik dari seorang yang PROTES dengan sistem di US, dia bilang "Kenapa saya harus mentelfon dokter yang jaraknya puluhan miles dari rumah saya, hanya karena dia dokter yang bekerja sama dengan asuransi yang saya punya, kalau ternyata di depan rumah saya juga ada dokter?" That's stupid thing.
Ada lagi seorang teman dari Mesir yang sekarang istrinya sedang hamil 8 bulan. Rumah sakit yang bekerja sama dengan asuransi dia jaraknya jauh banget, sekitar 1 jam perjalanan naik bus, dan dia tiap seminggu dua kali harus check up ke sana. Padahal sebenernya apartment dia tidak jauh dari rumah sakit. Tapi sayang rumah sakit tersebut tidak punya kerjasama dengan asuransi dia.
Mungkin akan timbul pertanyaan, "kenapa tidak mengambil asuransi yang punya kerja sama dengan dokter/ RS yang dekat dengan kita?". Well it's not simple. Di US, orang yang bekerja full time (40 hours/week) akan mendapatkan tanggungan asuransi dari tempat kerjanya. Otomatis tempat kerja juga memilih asuransi yang terjangkau dan tidak memikirkan tempat. Kalau untuk orang yang kerjanya kurang dari 40 hours/week, mereka akan beli asuransi sendiri. Harga asuransi juga tidak murah. Suamiku beli asuransi in insurance company yang paling murah dan standar. Maksudnya standar itu tidak semua pengobatan dan penyakit mereka bisa menanggungnya. Itupun harganya udah $ 92 tiap bulan. COba aja kalikan setahun hehhhe. Dan asuransi ini wajib dimiliki, karena bagi international student pihak yang memberi sponsor tidak akan mengeluarkan issue visa kalau kita tidak proof insurance.
Namun lagi-lagi memiliki asuransi dan tempat yang dekat juga belum tentu masalah berahir. Dua minggu yang lalu, aku sempat kena flu. Sebenernya hanya butuh istirahat aja, cuman karena saat itu akan ada kunjungan dari MENRISTEK, jadi bisa tidak bisa aku harus segera sembuh. Maka datanglah aku ke University Health Service yang tinggal nyebrang jalan dari dormitoryku. Saat itu aku hanay di periksa oleh dua nurse sebelum kemudian dokternya datang. Aku tidak dikasih obat apa-apa karena mereka akan kasih aku amoxicilin dan aku masih punya amoxicilin di kamar. SO overall, mereka hanya periksa aku. Pihak cashier bilang kalau aku tidak butuh membayar apa-apa, karena mereka akan minta tagihan ke pihak asuransiku. Jarak seminggu ada surat datang yang isinya bahwa total amount sebesar $ 74.00, dan pihak asuransi hanya membayar $ 46.07, SO Total patient responsibility is $ 25.00. Jadi hadirin, aku tetap harus membayar $ 25 untuk sekedar periksa yang tanpa suntik dan pil. DOngkol banget, pengen marah, tapi piye maneh.
SO, sebobrok-bobroknya negara kita, kita tetep harus bersyukur bahwa akses kesehatan kita tidak seribet dan semahal di US. Dimanapun kita membutuhkan pertolongan medis, di situ dokter akan menolong kita.
Salah satu teman Indonesia saya yang tinggal di Hawaii dengan keluarganya pernah bercerita. Suatu saat anak laki-lakinya yang masih sekitar berumur 5 tahun kepalanya berdarah-darah sehabis terbentur pojok meja. Lalu dengan keadaan panik, dia membawa anaknya ke hospital yang bagian emergency. Tapi ternyata disana dia tidak segera mendapat penanganan. Dia harus menunggu hingga 5 jam. Bukannya tidak ada dokter saat itu or bukannya rumahsakit terlalu rame hingga harus antri. Sebenernya banyak dokter yang keluar masuk, pasiennya juga gak banyak-banyak amat. Titik permasalahnnya kenapa dia lambat ditangani karena dia harus menunggu dokter yang sudah memiliki kerjasama dengan asuransinya. Jadi tidak sembarang dokter bisa menangani pasien, karena semuanya urusannya dengan asuransi.
Pernah juga saya melihat tayangan di youtube, disitu ada kata-kata menarik dari seorang yang PROTES dengan sistem di US, dia bilang "Kenapa saya harus mentelfon dokter yang jaraknya puluhan miles dari rumah saya, hanya karena dia dokter yang bekerja sama dengan asuransi yang saya punya, kalau ternyata di depan rumah saya juga ada dokter?" That's stupid thing.
Ada lagi seorang teman dari Mesir yang sekarang istrinya sedang hamil 8 bulan. Rumah sakit yang bekerja sama dengan asuransi dia jaraknya jauh banget, sekitar 1 jam perjalanan naik bus, dan dia tiap seminggu dua kali harus check up ke sana. Padahal sebenernya apartment dia tidak jauh dari rumah sakit. Tapi sayang rumah sakit tersebut tidak punya kerjasama dengan asuransi dia.
Mungkin akan timbul pertanyaan, "kenapa tidak mengambil asuransi yang punya kerja sama dengan dokter/ RS yang dekat dengan kita?". Well it's not simple. Di US, orang yang bekerja full time (40 hours/week) akan mendapatkan tanggungan asuransi dari tempat kerjanya. Otomatis tempat kerja juga memilih asuransi yang terjangkau dan tidak memikirkan tempat. Kalau untuk orang yang kerjanya kurang dari 40 hours/week, mereka akan beli asuransi sendiri. Harga asuransi juga tidak murah. Suamiku beli asuransi in insurance company yang paling murah dan standar. Maksudnya standar itu tidak semua pengobatan dan penyakit mereka bisa menanggungnya. Itupun harganya udah $ 92 tiap bulan. COba aja kalikan setahun hehhhe. Dan asuransi ini wajib dimiliki, karena bagi international student pihak yang memberi sponsor tidak akan mengeluarkan issue visa kalau kita tidak proof insurance.
Namun lagi-lagi memiliki asuransi dan tempat yang dekat juga belum tentu masalah berahir. Dua minggu yang lalu, aku sempat kena flu. Sebenernya hanya butuh istirahat aja, cuman karena saat itu akan ada kunjungan dari MENRISTEK, jadi bisa tidak bisa aku harus segera sembuh. Maka datanglah aku ke University Health Service yang tinggal nyebrang jalan dari dormitoryku. Saat itu aku hanay di periksa oleh dua nurse sebelum kemudian dokternya datang. Aku tidak dikasih obat apa-apa karena mereka akan kasih aku amoxicilin dan aku masih punya amoxicilin di kamar. SO overall, mereka hanya periksa aku. Pihak cashier bilang kalau aku tidak butuh membayar apa-apa, karena mereka akan minta tagihan ke pihak asuransiku. Jarak seminggu ada surat datang yang isinya bahwa total amount sebesar $ 74.00, dan pihak asuransi hanya membayar $ 46.07, SO Total patient responsibility is $ 25.00. Jadi hadirin, aku tetap harus membayar $ 25 untuk sekedar periksa yang tanpa suntik dan pil. DOngkol banget, pengen marah, tapi piye maneh.
SO, sebobrok-bobroknya negara kita, kita tetep harus bersyukur bahwa akses kesehatan kita tidak seribet dan semahal di US. Dimanapun kita membutuhkan pertolongan medis, di situ dokter akan menolong kita.
4 Comments:
keep healthy, mbak.. ^_^
wis paling enak ya gak sakit mbak .. hehhe .. gak perlu keluar duit apa2 ... :)
hahahaha... welcome to United State of America. Negara dengan segala dengung "hebat"nya.. hahaha.. Emang, "walaupun banyak negri kujalani, yg masyur permai di kata orang, tetapi kampung & rumahku, disanalah ku rasa senang.. Tanah ku tak kulupakan.. Engkau kubanggakan!" Tiap negara ada + dan - nya. tapi tetep harus di kritisi juga. jangan - negara sendiri di obral, tapi - negara orang di MAKLUMI.
Tetep sehat ya..