Kakak dan Motor

Wednesday, September 03, 2008
Waktu aku di Jogja pada tahun 98-2004, motor Br*V* selalu menemaniku dan keluarga. Motor ini bukan hanya menjadi kenanganku dan suami tapi juga dengan teman-teman. Bisa bayangkan motor yang begitu mungil sering aku buat boncengan bertiga dengan temanku, si Zila dan Yunes. Biasanya tempat kluyuran kami di Krapyak. Karena tanpa helm dan SIM, kami selalu mencari jalan tikus. Sering kali di jalan kami dikomentari orang-orang yang sedang nongkrong "Mbak, mesakno sepedahe" (Mbak, kasihan sepedahnya). Ya wajar mereka bilang begitu, karena ukuran badan kami yang tidak mungil dan motor kami yang terlalu kecil. Tapi setiap mendapat komentar seperti itu, temenku zila tidak pernah mau terima, dia pasti balasin "Yo ben no, lawong motor-motorku dewe kok weeekk" (biarkan aja, motor-motorku sendiri). Ketika aku sudah punya anak dua, motor ini juga selalu kami naiki bersama, aku, babah dan dua kurcaci. Wah kasihan pool deh motor mungil ini, terlalu tersiksa.

karena belas kasihan, akhirnya ketika pulang ke Banyuwangi, motor itu tidak pernah kami pakai lagi, yang memakai gantian kang Bughori dan kang Rudi yang biasanya hanya untuk belanja di pasar. Aku nyaris sama sekali tidak pernah menyentuhnya, walaupun hingga sekarang tidak ada orang yang rela menjualnya hehehe.

Karena ukuran motor yang sangat kecil ini pula, tanpa sepengetahuanku Kakak Kavin mulai belajar mengendarinya. Sumpret, aku sempat shock ketika pulang dari Surabaya tiga hari, aku dilaporin orang rumah kalau Kakak bisa motoran. Dengan rasa penasaran yang tinggi aku mencoba menyuruh Kakak untuk naik. Ketika dia mulai menghidupkan motornya badanku mulai panas dingin gak karoan. Eh ternyata benar, dia bisa naikin motor itu tanpa ada orang lain yang memegangi atau membimbimbing di belakangnya, bahkan dia sukses muteren kampungku. Oh GOD.

Aku tidak pernah tahu kapan dia belajar, cuman menurut cerita Kakak, selama ini dia sering ikut Kang Bukhori belanja di pasar atau pergi ke Genteng, trus setiap pergi dengan dia, Kakak selalu minta duduk didepan dan minta di ajarin. Jadi deh sekarang kelas 4 SD sudah bisa motoran.

Cuman karena lagi-lagi dia masih anak-anak, dia sering kali careless kalau sedang naik motor. Suatu malam, waktu Kakak sudah tidur, aku sempat kaget ngelihat betisnya yang luka, langsung saja aku bersihkan dan obatin. Paginya ketika aku tanya katanya luka itu karena kena kenalpot.Persis banget dengan dugaanku. Babahnya sempat marah-marah ketika aku bilangin kondisi Kakak, bahkan Babah sempat melarang Kakak untuk naik motor. Tapi namanya juga anak-anak,tetep aja pengen nyoba. Akhirnya dengan kesepakatan orang rumah, Kakak diajarin abahku naik motor yang bener sekalian, dan tentu dengan berbagai syarat, seperti harus tambah rajin ngaji, belajar dan sholat. Kami menjadikan ini sebagai motivasi dia untuk bersemangat belajar.

Oya pernah ada cerita lucu, saat itu Kakak naik motor, dia asal ngambil kontak aja tanpa mengecek bansinya *maklum motor tua, jadi ngecek bensinnya harus manual*. Eh jarak 3 km bensinnya habis, dan kakak gak bawa uang. jadilah dia pulang jalan sambil bawa motor hahhaha. Nyampek rumah dia marah-marah dan nangis, semua orang rumah malah ngakak-ngakak.

Anyway, motor itu nantinya bukan hanya jadi kenanganku tapi juga kenangan buat kakak. Hati-hati ya sayang
 
posted by Nihayatul (Ninik) Wafiroh at 3:39 PM, |

0 Comments: