Hidup Seperti Apa?

Tuesday, May 05, 2009
Seorang kawan yang sudah menikah dengan orang Amerika dan tinggal di Hawaii dalam beberapa tahun pernah bilang ke aku "Kenapa pulang? emang gak pengen tinggal di Amerika?" Mendapat pertanyaan tersebut tentu dengan cepat dan tegas aku langsung menggelengkan kepala. Menurut kawanku, kemungkinan aku akan mendapat kerja yang baik sangat terbuka, karena aku lulusan Hawaii dan studyku sampai master. Tapi entahlah aku tidak pernah berminat tinggal selamanya di Amerika.

Menurut sebagian orang, tinggal di Amerika enak. "Gak reseh dengerin omongan tetangga," kata temanku ketika aku tanya kenapa dia betah di Hawaii. Polusi, tidak macet, individualis, dan kerja nyaman juga menjadi alasan beberapa kawan untuk memilih tetap tinggal di Hawaii. Memang sih sepertinya enak sekali hidup di US. tetangga sebelah kita tidak akan perduli dengan apa yang kita lakukan. Gosip, cibiran, omongan negative jangan pernah takut mampir ke telinga kita dari tetangga disekitar rumah. Bila ada masalah, biasanya mereka lebih senang menyelesaikannya dengan menggunakan pelantara polisi itupun bila sudah sangat terlalu. Apakah mereka tidak punya perasaan? tidak juga, tapi mereka sangat menghargai individuality. Setiap orang punya hak atas hidup mereka dan setiap orang tentu memiliki alasan dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka.

APAKAH HIDUP SEPERTI INI YANG AKU CARI??

Coba bandingkan dengan kehidupan di Indonesia, terutama yang di desa-desa. Hampir setiap hari kita bisa menemui segerombolan orang duduk-duduk bareng atau melakukan aktivitas bersama. Apakah itu salah? tidak juga, toh memang kehidupan berbangsa dan negara kita dibangun atas sikap gotong royong dan guyub. Tapi masalahnya, apa sih bahan obrolan mereka?, Bukan memukul rata, namun bisa dikatakan kebanyakan adalah ngomongin orang lain. Kadang heran juga, kok ada aja bahan untuk menjelek-jelekkan tetangga sebelah. Terlebih biasanya ada beberapa orang yang memang menjadi dedenggot gosip. Di mata orang-orang seperti ini, kita memindahkan bentuk kursi di rumah kita aja sudah bisa menjadi bahan untuk MENJELEKKAN kita. "Wes talah sampek entut-entute dirasani pisan" kata seorang kawan yang jengkel dengan ulah tetangganya.

Bila sudah terkena penyakit seperti ini, yang menjadi bahan gosip bukan hanya orang tua, tapi anak-anak juga jadi sasaran. "Ealah kok pelit banget, anaknya orang kaya sekolah kok tidak pernah di kasih uang," contoh komentar seorang tetangga. Tapi apakah mereka tidak tau bila setiap langkah pasti ada alasannya. Bisa jadi orang tua sang anak tidak membekali uang karena si anak sangat rentan dengan jajanan tidak bersih di sekolah, bila anak tersebut mengkonsumsinya, biasanya langsung sakit. Orang-orang seperti ini tidak pernah puas bila belum melihat orang lain menderita. Tapi bukankah orang-orang tersebut akan mati tersiksa juga dengan sifat iri dan dengkinya??

LALU HIDUP SEPERTI APA YANG AKU PILIH??

Aku tetep memilih kehidupan yang terahir, yach...kehidupan dalam masyarakat yang njelimet. Bukankah hidup ini juga berjalan dari satu masalah ke masalah lainnya? lalu kenapa kita harus menghindarinya?? Tidak harus menghindar, karena menyadarkan orang-orang tersebut adalah tugas kita.

HIDUP SEMAKIN BERWARNA DENGAN HADIRNYA PERMASALAHAN....
ENJOYYY AJA...
 
posted by Nihayatul (Ninik) Wafiroh at 3:45 AM, |

3 Comments:

  At 1:15 PM Blogger mochie said:
syukurlah m'ninik lebih memilih mengabdi ke tanah air, semoga semakin maju bangsa kita, dengan pengabdian rakyatnya yang berilmu tinggi
  At 1:15 PM Blogger mochie said:
two thumbs up mbak!
  At 2:26 PM Blogger neotech said:
seeep,mbak...aq nih penggemar rahasiamu.....tulisan2 mbak..inspiratif...sebagai sama2 orang banyuwangi bangga punya sdm kaya mbak...