Diskusi tentang Keramahan
Tuesday, August 11, 2009
Pagi ini sehabis menunggu mbak-mbak yang ternyata tidak juga muncul sampai lewat satu jam dari jadwal yang dijanjikan, akhirnya aku meluncur ke Jajag bertemu dengan seorang kawan untuk melakukan deal tempat acara gathering Laros. Dan Lagi-lagi ternyata kawan ini tidak ontime juga *payahhh dehh*.
Acara selesai, aku mampir ke supermarket terbesar di kota Jajag. Kaget juga, sudah lama tidak masuk toko ini ternyata sekarang tambah besar dan komplet. Celingak-celinguk mencari barang-barang alat tulis. Setelah tanya ke pramuniaga yang jadi kasir, akhirnya aku menuju ke tempat yang ditunjuk.
Asli sempat ngerundel, karena tempatnya berantakan dan posisi barang-barang yang aku cari di bagian atas, hingga aku kesulitan mengambil. Bukan tidak ada pramuniaga disitu, tapi mereka diam saja ngelihat aku kesulitan mengambil barang. Pramuniaga2 lainnya kayaknya masih sibuk *entah sok sibuk*, yang jelas tidak ada yang menegur aku.
Aslinya masih ada satu barang yang aku cari dan belum ketemu, tapi akhirnya aku menuju kasir. Mbak kasir yang bersergama merah menyala resmi dan bercelana panjang plus sepatu hak agak tinggi melayaniku. Sambil menunggu barangku di hitung aku bertanya:
"Mbak, enek tinta untuk stempel enggak?"
"Ada tuh mbak." Sambil tidak nengok
"Dimana mbak? kok aku nyari eggak ketemu ya"
"Mbaknya tadi tanya enggak ke pegawai?"
Aku menggeleng pelan.
"Harusnya mbak tanya kalau enggak tahu."
weehhhh kok dadi gini
"Mbak, semua pegawai sibuk, lawoang aku naik2 kursi ngambil barang aja enggak ada yang nolong tuh."
MBak kasir mulai nengok aku yang mulai ngeyel. walaupun suaraku pelan tapi kelihatan banget aku ngeyel.
"Makanya minta tolong mbak." Suara mbak kasir sudah mulai sewot
Sambil tersenyum sinis aku bilang, "Kok customer di marahi."
Mbak kasir langsug diam klekep. Sambil teriak-teriak ke teman kasir satunya, Mbak ini tanya apakah barang yang aku cari ada. Dan kawannya itu bilang ada, tempatnya di ujung.
Aku pikir mbak kasir ini akan mengambilkan barag itu ternyata setelah metotal semua belanjaanku, dia diam saja.
"Lho mbak, tinta tadi gimana?" aku masih mengejar
"Ya sana mbak diambil sendiri, di pojok".
Asemm temenan kasir ini. Akhirnya aku ambil kresek belajaanku "wes mbak gak jadi, makasih deh".
Aku heran sekali apakahpramuniaga di Indonesia tidak diajari bagaimana untuk melayani pembeli. Sebagai seorang pramuniaga harusnya mereka bukan hanya bisa menata barang saja tapu juga tahu bagaimana memperlakukan customer.
Aku mencoba membandingkan dengan pramuniaga di US. Mereka sangat ramah. Walaupun kita tidak butuh bantuan kalau ada yang lewat pasti mereka akan tanya "How is everything?". Kasirpun juga begitu. Pasti mereka akan menyapa "How are you? do you find eveything?" dan selesai melayani mereka tidak akan lupa mengucapkan "Thanks, happy a good day." Kalaupun ada apa-apa mereka juga akan dengan senang hat mengambilkan untuk kita. Jadi sebagai customer kita merasa dihargai dan feeling home banget. Hubungan antara penjual dan pembeli ada bbukan hanya hubungan seperti pembeli dan barang.
Katanya Indonesia itu ramah, tapi kok begitu ya?????
Acara selesai, aku mampir ke supermarket terbesar di kota Jajag. Kaget juga, sudah lama tidak masuk toko ini ternyata sekarang tambah besar dan komplet. Celingak-celinguk mencari barang-barang alat tulis. Setelah tanya ke pramuniaga yang jadi kasir, akhirnya aku menuju ke tempat yang ditunjuk.
Asli sempat ngerundel, karena tempatnya berantakan dan posisi barang-barang yang aku cari di bagian atas, hingga aku kesulitan mengambil. Bukan tidak ada pramuniaga disitu, tapi mereka diam saja ngelihat aku kesulitan mengambil barang. Pramuniaga2 lainnya kayaknya masih sibuk *entah sok sibuk*, yang jelas tidak ada yang menegur aku.
Aslinya masih ada satu barang yang aku cari dan belum ketemu, tapi akhirnya aku menuju kasir. Mbak kasir yang bersergama merah menyala resmi dan bercelana panjang plus sepatu hak agak tinggi melayaniku. Sambil menunggu barangku di hitung aku bertanya:
"Mbak, enek tinta untuk stempel enggak?"
"Ada tuh mbak." Sambil tidak nengok
"Dimana mbak? kok aku nyari eggak ketemu ya"
"Mbaknya tadi tanya enggak ke pegawai?"
Aku menggeleng pelan.
"Harusnya mbak tanya kalau enggak tahu."
weehhhh kok dadi gini
"Mbak, semua pegawai sibuk, lawoang aku naik2 kursi ngambil barang aja enggak ada yang nolong tuh."
MBak kasir mulai nengok aku yang mulai ngeyel. walaupun suaraku pelan tapi kelihatan banget aku ngeyel.
"Makanya minta tolong mbak." Suara mbak kasir sudah mulai sewot
Sambil tersenyum sinis aku bilang, "Kok customer di marahi."
Mbak kasir langsug diam klekep. Sambil teriak-teriak ke teman kasir satunya, Mbak ini tanya apakah barang yang aku cari ada. Dan kawannya itu bilang ada, tempatnya di ujung.
Aku pikir mbak kasir ini akan mengambilkan barag itu ternyata setelah metotal semua belanjaanku, dia diam saja.
"Lho mbak, tinta tadi gimana?" aku masih mengejar
"Ya sana mbak diambil sendiri, di pojok".
Asemm temenan kasir ini. Akhirnya aku ambil kresek belajaanku "wes mbak gak jadi, makasih deh".
Aku heran sekali apakahpramuniaga di Indonesia tidak diajari bagaimana untuk melayani pembeli. Sebagai seorang pramuniaga harusnya mereka bukan hanya bisa menata barang saja tapu juga tahu bagaimana memperlakukan customer.
Aku mencoba membandingkan dengan pramuniaga di US. Mereka sangat ramah. Walaupun kita tidak butuh bantuan kalau ada yang lewat pasti mereka akan tanya "How is everything?". Kasirpun juga begitu. Pasti mereka akan menyapa "How are you? do you find eveything?" dan selesai melayani mereka tidak akan lupa mengucapkan "Thanks, happy a good day." Kalaupun ada apa-apa mereka juga akan dengan senang hat mengambilkan untuk kita. Jadi sebagai customer kita merasa dihargai dan feeling home banget. Hubungan antara penjual dan pembeli ada bbukan hanya hubungan seperti pembeli dan barang.
Katanya Indonesia itu ramah, tapi kok begitu ya?????
0 Comments:
« back home
Post a Comment