Ramadhan di Hawaii

Wednesday, October 18, 2006

Oya, aku baru ingat kalau cerita puasaku belum aku tulis disini.

Ramadhan tinggal seminggu lagi, perasaan berat dan rasa kangen yang dalam selalu menyertai buka puasa dan sahurku. Seorang temen dari Mesir bilang, kalau menjalani ibadah semakin berat maka semakin banyak pula pahalanya, aku berharap itu benar adanya.

Untuk masak buat sahur aja, aku harus pindah ke dapur sebelah. Ada peraturan kalau semua fasilitas dapur kecuali kulkas dan microwave akan mati secara otomatis pada jam 11 malam sampe 7 pagi. Pada bulan Ramadhan ini disediakan satu dapur yang hidup. Setiap lantai ada dua dapur namanya Diamond Head and Ewa. Kebetulan dapurku di Diamond Head dan yang hidup yang Ewa, jadilah setiap sahur harus angkut-angkut barang ke dapur Ewa. Satu lantaiku ada 9 orang Moslem, 5 dari Indonesia, 1 China dan 2 India dan 1 mesir. Padahal satu lantaiku ada sekitar 130 orang hehhe. 9 Orang ini selalu sahur bersama, terkadang teman-teman dari lantai lain juga ikut bergabung dengan kita.

Untuk buka puasa biasanya sendiri-sendiri dan di Dapur rame karena jam makan malam. Aku sering buka puasa dengan Mas Bambang (nih sudah kayak bapak bagi kami) dan Mas Ari. Biasanya saya buka setelah teraweh.

Beberapa ahri lalu, tepatnya malam Jumat, mas Bambang punya usul untuk membuat sambel terasi buat sahur, wah langsung saja kami setujui. Terasi yang aku bawa dari rumah hampir bisa dibilang tak tersentuh, karena aku takut kalau memasak baunya mengganggu temen-temen lain. Nah kalau waktu sahurkan engak ada orang lain, kebanyakan Indonesia, jadi gak masalah. Jadilah mas Bambang yang setiap hari bangunkan kami dengan telfon meminta acara sahur dimajukan dari jam 4 ke jam setengah empat. Karena kami harus merebus lalapan-lalapannya.

Kami juga sedang mendesain untuk membuat tempe. Ceritanya saat waktu aku ngobrol dengan mas Bambang, aku bilang kalau kangen pool dengan tempe, tapi mau beli kok yo mahal tenan. Akhirnya mas Bambang iseng-iseng cari di internet cara membuat tempe. Beruntunglah ketemu, dan ternyata yang punya uji dapur itu adalah orang Indonesia yang ada di Myanmar. Di Web site itu lengkap juga alamat-alamat untuk mendapat ragi di luar negeri, sepeerti di Belanda, Toronto, US dan sebagainya. Rencananya kami akan pesan ragi untuk tempe dari mainland lewat internet dan bayarnya pakai credit card. Lucu ya, wong tuku ragi tempe aja pake credit card. Ragi itu akan dikirimkan. Wes kami yang di Hale Manoa telah siap untuk jadi juragan tempe hahhaa.

Ngomong-ngomong soal masakan, kami sering kali uji coba, wes pokoknya masak dan campur bumbu macam-macam, ya namanya "ngawur" jadi rasanya kadang pas, tapi sering gak karoan. Kami sering ngakak2 bareng kalau sudah ada temen dari negara lain tanya nama masakan kami, lawong kami aja gak tahu masak apa, kok malah ditanya nama. Pokonya kami telah menelurkan banyak masakan, bisa jadi pulang dari Hawaii kami buka restoran hahaha. Eh, seminggu yang lalu, temenku si Dwiko yang sedang kuliah di Belanda memposting alamat website yang isinya masakan-masakan Indonesia. Wiihhh sueneng buanget deh, dapat resep masakan, dan malamnya langsung aku coba, tapi tetep aja rasanya gak pas, la gimana lagi wong gak ada daun salam dan kencurnya,ah yang penting tetep oke untuk dimakan.

Kami warga Moslem Indonesia yang tinggal di Hale Manoa setiap Jumat malam sabtu teraweh bersama dengan memboking ruang musik dilanatai 12. Duh nikamatnya teraweh bersama. Kami hanya bisa melakukan teraweh bersama setiap weekend, karena kalau hari-hari biasa sangat repot, apalagi kelas aja sering berahir pukul 8 malam. Kayak aku setiap hari Selasa, kuliah berahir jam 8, jadilah buka di kelas, untung dosenku sangat memahami konsep puasa, dia pernah tinggal di Jeddah Arab Saudi selama setahun setengah. Oya, kami teraweh dengan suara yang sebisa mungkin tidak berisik, karena memang di student hausing kami ada peraturan untuk tidak melakukan kegiatan keagamaan secara bersama-sama. Jadilah mau jawab "amin: setelah Fatihah aja harus sepelan mungkin. Padahal maunya jawabnya yang kenceng, biar dapat feelnya seperti di rumah hehehhe, dasar kayak anak kecil heheehhe.

Seminggu yang lalu, kelas fall term 1 in language training ku berahir, dan akan dilanjutkan tanggal 25 untuk term 2. Nah memang di US ini ada tradisi Potluck Party (semua member yang ikut party harus membawa makanan/minuman) selepas kelas usai. Kemarinpun begitu, 4 kelasku semuanya party. Aku hanya ndomblong dan pura-pura baca buku dan dengerin musik, padahal di hati Istigfar terus, apalagi saat itu panas banget dan es lemon dengan manisnya ada di meja. Duh berat banget menjalankan puasa di Hawaii.

Banyak temen-temen negar lain yang tanya kok biasa sih kami kuat puasa. bagi mereka gak makan aja bisa dimengerti, tapi kalau gak minum?? mereka gak habis pikir. Apalagi tanpa gum hahahha, kan orang US kemana-mana ngemut gum. Tapi disitu nikmatnya, kalau ada orang yang merasa sangat pengen tahu bagaimana kami menjalankan puasa duh rasane bangga sekali jadi orang Moslem yang kuat.

Oya, aku percaya setiap negara dengan madzhab yang beda-beda mempengaruhi bagaimana orang menyikapi puasa. Nih true story, waktu itu jariku digigit tawon, otomatis bengkak. Aku langsung ke kamr Julius (temenku dari Palangkaraya) untuk minta minyak tawon. Nah di kamar Julius ini ada Shakel temenku dari India yang kebetulan kamarnya bersebelahan dengan Julius. Ketika dia tanya minyak apa yang aku pakai, aku langsung sodorkan minyak itu ke dekatnya. Dia langsung menghindar dengan bilang, "Ninik I'm fasting". yo aku melongo dong. Lawong jelas2 aku juga tahu dia puasa, akupun juga puasa, Tapi apa hubungannya puasa dengan menghindari minyak. Ternyata dia bilang kalau dia gak boleh mencium bau-bauan yang strong selama puasa. Aku kaget, aku coba jelaskan kalau ini hanya bau aja bukan untuk dimakan, tapi tetep aja dia ngotot. Yo weslah, oya si India ini juga sangat strick dengan makanan. Dia pernah nyoba sambel trasi yang aku buat dengan Mas Bambang, saat ditanya apa bumbu sambal itu, aku lupa menyebutkan trasinya. Nah saat dia nyoba dan merasakan ada yang aneh, dia marah2. "I cannot eat it"...Why? ternyata nurut pendapat dia, udang yang merupakan bahan dasar trasi adalah makruh karena udang itu tidak sepenuhnya ikan. Oalah...kok yo enek-enek wae.

Oke deh, sampai disini dulu udah capek banget. besuk aku lanjutin lagi. Oya foto itu saat kami bareng-bareng buat bakwan dan perkedel di dapur kami

Ninik
 
posted by Nihayatul (Ninik) Wafiroh at 6:11 PM, |

0 Comments: