kakak Kavin dan Test
Saturday, November 29, 2008
Dua minggu ini Ibuku selalu cerita kalau stress mikir Kakak Kavin. Dia sebenernya harus test untuk khataman al-Quran bulan Januari ini. Memang khataman TPQ di rumah sangat complecated. Mulai test tajwid, hafalan surat-surat pendek, ghorib, sampai hafalan doa-doa. Bukan hanya anak-anaknya saja yang stress menghadapi test in, orang tua juga ikut mules-mules mikir.
walaupun aku tidak di rumah, tapi tiap hari ibuku mereport perkembangan kakak. Hingga suatu hari Ibuku bilang "Aku stress bener mikir Kakak, habis dia itu nyante pool, walaupun sebenernya dia itu cepet sekali menghafal." Pantas Ibu sangat stress mikir kakak secara Ibu adalah termasuk penguji test. Kan yo uisin kalau sampe cucunya sendiri enggak lulus test.
Akupun jadi ikut-ikutan kalang kabut dengan Kakak. Aku dan Babah selalu mendiskusikan bagaiman solusinya agar Kakak bisa melewati test dengan baik. Sebenenya kami semua tahu kalau Kakak bisa menjalani test dengan baik asal dia mau bersungguh-sungguh, cuman masalahnya koncopleknya (kawan akrab) dia itu tingkatannya masih di bawah kakak, jadi belum ikut test khataman bareng kakak. Jadilah kawannya itu yang masih main-main terus tanpa mikir test, dan parahnya lagi Kakak ikut-ikutan gak mikir test kayak dia *capekkkkk dehhhh*.
Suatu hari, sebelum berangkat sekolah aku telfon dia. Aku ajak ngobrol dia seperti biasa, oya aku itu memperlakukan anak-anak seperti kawan, jadi dia bisa cerita apa aja dengan aku. Dia cerita kalau sekarang pulang sekolah SD jam 1, terus jam 2 udah harus berangkat sekolah TPQ, belum lagi habis magrib digeber ngaji sama ibuku, habis isya' harus belajar pelajaran SD. Yang lucu dia sempat bilang "Mama, gak penak (enak) jadi cucunya Ibu, semua orang tahu kalau Kakak cucunya Ibu Ruroh, kan kalau kakak gak lulus test semua orang ngerti." hahhahahah *sak no ne rek, masih kecil wes terbebani status*.
Untuk mensupport Kakak, aku harus ngasih iming-iming sejumlah uang yang akan aku berikan kalau dia lulus test. Uang itu katanya mau dibuat beli komik dan novel anak-anak kesukaannya. Eh ternyata dua hari lalu ada kabar kalau test Kakak dimundurkan beberapa bulan lagi karena ibu melihat anak-anak yang mau test belum siap betul, bila diteruskan kasihan anak-anak. Wah Kakak langsung berjingkrak seneng sekali dengan kabar ini, dia langsung telfon aku dan bilang "Mama, asyiikkk aku testnya nanti sudah ada mama di rumah."
Aku ikut senang Kakak punya waktu lebih panjang untuk nyiapkan test. Cuman aku ingat pesen salah satu guru Kakak "Nduk Nik, jangan pulang dulu ya kalau Kakak Kavin belum test TPQ." Pesen itu disampaikan karena dia melihat betapa manjanya Kakak kalau ada mamanya, bahkan dia mengandalkan mamanya untuk bisa bolos sekolah dan ngaji hehehe. Habis aku itu enggak tega lho kalau anak-anak wes ngerengek-ngerengek mau off dulu. Apalagi Babahnya, wes mesti langsung luluh kalau anak-anaknya bergelayutan.
Jujur,seneng bisa nemani Kakak nanti menghadapi test, tapi kayaknya aku harus lebih tegas deh sama dia, biar dia juga jadi orang sukses. Mohon doanya.
walaupun aku tidak di rumah, tapi tiap hari ibuku mereport perkembangan kakak. Hingga suatu hari Ibuku bilang "Aku stress bener mikir Kakak, habis dia itu nyante pool, walaupun sebenernya dia itu cepet sekali menghafal." Pantas Ibu sangat stress mikir kakak secara Ibu adalah termasuk penguji test. Kan yo uisin kalau sampe cucunya sendiri enggak lulus test.
Akupun jadi ikut-ikutan kalang kabut dengan Kakak. Aku dan Babah selalu mendiskusikan bagaiman solusinya agar Kakak bisa melewati test dengan baik. Sebenenya kami semua tahu kalau Kakak bisa menjalani test dengan baik asal dia mau bersungguh-sungguh, cuman masalahnya koncopleknya (kawan akrab) dia itu tingkatannya masih di bawah kakak, jadi belum ikut test khataman bareng kakak. Jadilah kawannya itu yang masih main-main terus tanpa mikir test, dan parahnya lagi Kakak ikut-ikutan gak mikir test kayak dia *capekkkkk dehhhh*.
Suatu hari, sebelum berangkat sekolah aku telfon dia. Aku ajak ngobrol dia seperti biasa, oya aku itu memperlakukan anak-anak seperti kawan, jadi dia bisa cerita apa aja dengan aku. Dia cerita kalau sekarang pulang sekolah SD jam 1, terus jam 2 udah harus berangkat sekolah TPQ, belum lagi habis magrib digeber ngaji sama ibuku, habis isya' harus belajar pelajaran SD. Yang lucu dia sempat bilang "Mama, gak penak (enak) jadi cucunya Ibu, semua orang tahu kalau Kakak cucunya Ibu Ruroh, kan kalau kakak gak lulus test semua orang ngerti." hahhahahah *sak no ne rek, masih kecil wes terbebani status*.
Untuk mensupport Kakak, aku harus ngasih iming-iming sejumlah uang yang akan aku berikan kalau dia lulus test. Uang itu katanya mau dibuat beli komik dan novel anak-anak kesukaannya. Eh ternyata dua hari lalu ada kabar kalau test Kakak dimundurkan beberapa bulan lagi karena ibu melihat anak-anak yang mau test belum siap betul, bila diteruskan kasihan anak-anak. Wah Kakak langsung berjingkrak seneng sekali dengan kabar ini, dia langsung telfon aku dan bilang "Mama, asyiikkk aku testnya nanti sudah ada mama di rumah."
Aku ikut senang Kakak punya waktu lebih panjang untuk nyiapkan test. Cuman aku ingat pesen salah satu guru Kakak "Nduk Nik, jangan pulang dulu ya kalau Kakak Kavin belum test TPQ." Pesen itu disampaikan karena dia melihat betapa manjanya Kakak kalau ada mamanya, bahkan dia mengandalkan mamanya untuk bisa bolos sekolah dan ngaji hehehe. Habis aku itu enggak tega lho kalau anak-anak wes ngerengek-ngerengek mau off dulu. Apalagi Babahnya, wes mesti langsung luluh kalau anak-anaknya bergelayutan.
Jujur,seneng bisa nemani Kakak nanti menghadapi test, tapi kayaknya aku harus lebih tegas deh sama dia, biar dia juga jadi orang sukses. Mohon doanya.
0 Comments:
« back home
Post a Comment