Tentang Dedek
Monday, November 27, 2006
Saat aku berangkat ke Hawaii anak keduaku Muhammad Aqil Mirza, yang biasa kami panggil malaikat kecil masih berumur 2 tahun 2 bulan. Terhitung sejak dia berumur empat bulan aku sudah sering meninggalkannya. Belum lagi ketika dia masih umur sebulan dan dua bulan aku masih ribet ngurusi skripsi dan wisuda S1 di IAIN Sunan Kalijaga Jogja. Saat dia seharusnya masih aku beri asi eksklusif aku sudah harus meninggalkannya setiap weekend untuk melanjutkan studyku di Magister Manajemen (MM) Universitas Jember. Belum lagi di hari-hari biasa aku juga sering memasrahkannya ke orang-orang rumah karena aku harus keluar kota untuk aktifitasku. Ketika saat dia berumur 17 bulan aku harus tinggal di Jakarta untuk mengikuti pelatihan bahasa di UI Salemba selama 6 bulan. Walaupun setiap bulan aku selalu menyempatkan diri pulang, tapi tidak cukup rasanya bagiku untuk mengikuti perkembangannya. Kesibukan-kesibukanku (kalau menurut seorang teman itu bukan kesibukan, tapi keegoisanku)menjadikan aku tidak bisa memberikan asi eksklusif hingga 6 bulan, karena sejak dia umur satu bulan, aku sudah mengkombinasikan dengan susu botol terutama saat aku harus pergi.
Kondisi malaikat kecilku ini hampir tidak berbeda dengan kakaknya Ahmad Kavin Adzka. Sebenernya saat kakak umur 4 bulan aku sudah mau melanjutkan kuliah yang sempat cuti karena hamil di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja. Cuman karena kakak tidak mau di dot aku membatalkan niat untuk kuliah. Dan akhirnya aku bisa memberikan dia asi eksklusif. Waktu kakak umur 15 bulan, aku memutuskan melanjutkan kuliah di IAIN, sedangkan suamiku juga melanjutkan ke S3, dan saat itu dengan berbagai pertimbangan dan persetujuan banyak orang, aku menitipkan kakak di Banyuwangi, di rumah Ibuku. Setiap bulan aku selalu pulang untuk menengok kakak, dan setiap dua hari sekali aku call dia. Ketika umur kakak 3 tahun, aku boyong dia ke Jogja dan menyekolahkannya di TK IAIN. Sebulan sebelum wisuda dan bertepatan dengan 13 hari setelah ulang tahun kakak yang ke-5 malaikat kecilku lahir. Dua bulan setengah sesudah itu kami pulang ke Banyuwangi.
Temenku bilang kalau aku ini adalah IBU YANG DURHAKA. Aku tidak bisa mengelak dari tuduhan itu, karena memang keegoisanku selalu mendorongku untuk meninggalkan anak-anak. Bahkan seorang teman dari Mesir bilang kalau suatu saat aku bakal sangat menyesali keputusanku untuk meninggalkan keluarga demi studyku. Dan lagi-lagi aku tidak bisa mempersalahkan prediksinya.
Saat aku pergi ke Hawaii malaikat kecilku belum lancar bicara, dia masih bisa menguasai kata-kata yang terbatas seperti "Mama, Babah, Ma'em, Memek". Sebulan setelah aku tinggalkan dia mulai banyak bicara, bahkan sekarang saat telfon dia sudah bisa cerita dan menyanyi satu-satu. Perih sekali bila mengingat kalau aku melewati masa-masa emas bagi malaikatku ini. Aku jadi ingat saat kakak belum bisa bilang coklat, dia selalu mengucapkan dengan "colkat", dan setiap mandi aku selalu melatihnya menyebut kata coklat dengan benar. Atau saat kami jalan-jalan dengan naik sepeda motor, aku selalu mengajak kakak hafalan surat-surat pendek. Ketika kakak mau tidur, dia selalu memintaku membacakan cerita hingga dia tertidur. Dan itu semua tidak bisa aku berikan ke malaikat kecilku. Aku ingin mengajari dia menyanyi, menulis, mengajaknya jalan-jalan, pokoknya memberikan semua yang seharusnya dia terima dariku. BUT I CANNOT DO THAT......
Dini hari tadi jam 2:45 AM, tiba-tiba telfon kamarku berbunyi, reluctantly aku angkat telfon, ternyata suara malaikat kecilku langsung menyapaku dengan suara kecilnya "MAMA". Aku langsung terjaga mendengar suara riangnya. Semua perasaan bercampur aduk dan getaran hati terasa tak terkontrol ketika mendengar dia nyanyi atu-atu aku ayang mama nik, atau saat dia cerita mainan barunya.
Aku hanya bisa memasrahkan anak-anakku ke Tuhan, karena DIA lah yang akan menjaga mereka dan memberikan hal terbaik buat kehidupannya. Aku tidak pernah tahu apakah keputusan yang aku ambil ini benar atau salah, aku hanya percaya kalau Tuhan selalu menuntun hamba-Nya.
Jaga Mereka Tuhanku
Malaikatkoe, kasih sayang mama selalu menyelimutimu dalam kehangatan.
Mama sayang kamu
Kondisi malaikat kecilku ini hampir tidak berbeda dengan kakaknya Ahmad Kavin Adzka. Sebenernya saat kakak umur 4 bulan aku sudah mau melanjutkan kuliah yang sempat cuti karena hamil di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja. Cuman karena kakak tidak mau di dot aku membatalkan niat untuk kuliah. Dan akhirnya aku bisa memberikan dia asi eksklusif. Waktu kakak umur 15 bulan, aku memutuskan melanjutkan kuliah di IAIN, sedangkan suamiku juga melanjutkan ke S3, dan saat itu dengan berbagai pertimbangan dan persetujuan banyak orang, aku menitipkan kakak di Banyuwangi, di rumah Ibuku. Setiap bulan aku selalu pulang untuk menengok kakak, dan setiap dua hari sekali aku call dia. Ketika umur kakak 3 tahun, aku boyong dia ke Jogja dan menyekolahkannya di TK IAIN. Sebulan sebelum wisuda dan bertepatan dengan 13 hari setelah ulang tahun kakak yang ke-5 malaikat kecilku lahir. Dua bulan setengah sesudah itu kami pulang ke Banyuwangi.
Temenku bilang kalau aku ini adalah IBU YANG DURHAKA. Aku tidak bisa mengelak dari tuduhan itu, karena memang keegoisanku selalu mendorongku untuk meninggalkan anak-anak. Bahkan seorang teman dari Mesir bilang kalau suatu saat aku bakal sangat menyesali keputusanku untuk meninggalkan keluarga demi studyku. Dan lagi-lagi aku tidak bisa mempersalahkan prediksinya.
Saat aku pergi ke Hawaii malaikat kecilku belum lancar bicara, dia masih bisa menguasai kata-kata yang terbatas seperti "Mama, Babah, Ma'em, Memek". Sebulan setelah aku tinggalkan dia mulai banyak bicara, bahkan sekarang saat telfon dia sudah bisa cerita dan menyanyi satu-satu. Perih sekali bila mengingat kalau aku melewati masa-masa emas bagi malaikatku ini. Aku jadi ingat saat kakak belum bisa bilang coklat, dia selalu mengucapkan dengan "colkat", dan setiap mandi aku selalu melatihnya menyebut kata coklat dengan benar. Atau saat kami jalan-jalan dengan naik sepeda motor, aku selalu mengajak kakak hafalan surat-surat pendek. Ketika kakak mau tidur, dia selalu memintaku membacakan cerita hingga dia tertidur. Dan itu semua tidak bisa aku berikan ke malaikat kecilku. Aku ingin mengajari dia menyanyi, menulis, mengajaknya jalan-jalan, pokoknya memberikan semua yang seharusnya dia terima dariku. BUT I CANNOT DO THAT......
Dini hari tadi jam 2:45 AM, tiba-tiba telfon kamarku berbunyi, reluctantly aku angkat telfon, ternyata suara malaikat kecilku langsung menyapaku dengan suara kecilnya "MAMA". Aku langsung terjaga mendengar suara riangnya. Semua perasaan bercampur aduk dan getaran hati terasa tak terkontrol ketika mendengar dia nyanyi atu-atu aku ayang mama nik, atau saat dia cerita mainan barunya.
Aku hanya bisa memasrahkan anak-anakku ke Tuhan, karena DIA lah yang akan menjaga mereka dan memberikan hal terbaik buat kehidupannya. Aku tidak pernah tahu apakah keputusan yang aku ambil ini benar atau salah, aku hanya percaya kalau Tuhan selalu menuntun hamba-Nya.
Jaga Mereka Tuhanku
Malaikatkoe, kasih sayang mama selalu menyelimutimu dalam kehangatan.
Mama sayang kamu