Lebaran di HAWAII

Monday, November 06, 2006






Nih cerotanya aku sebel banget sama salah satu koran lokal di Jawa Timur. Mereka minta aku nulis tentang lebaran, eh ternyata ora dimuat dan gak bilang-bilang. Mereka baru memberitahu setelah aku desak. MENYEBALKAN. Kalau sudah kayak gini mau diapakah coba tulisanku tentang lebaran di Hawaii ? ya udah dari pada nganggur mending diposting aja di Blog hehhehe. kok blog ini jaid pelarian postingan ya hehhe, biarin aja deh. Ok deh selamat menikmati.

Setelah melewati perjuangan puasa selama sebulan penuh dan penuh tantangan akhirnya datang juga hari penuh kemenangan Hari Raya Idul Fitri 1427 H atau bertepatan hari Senin tanggal 23 Oktober 2006. Kabar ini baru baru disebarluaskan oleh pengurus MAH (Moslem Association of Hawaii) pada jam 18:30 Minggu, 22 Oktober atau sama di Indonesia hari Senin, 23 Oktober pukul 11:30 WIB melalui website mereka. Sebelumnya pada tanggal 19 Oktober MAH belum memastikan lebaran tanggal 23 atau 24 Oktober.

Kabar gembira ini langsung disambut suka cita oleh umat Moslem Hawaii yang saat itu sedang menunggu buka puasa di Masjid Manoa, yang merupakan pusat dari aktifitas MAH. Sehabis sholat isya’ mereka melakukan takbir bersama di dalam Masjid. Takbiran dengan gaya Timur Tengah-an ini tetap memberikan suasana sahdu walaupun dilantunkan hanya dengan menggunakan pengeras suara internal di dalam Masjid. Tentu di tengah-tengah umat yang non Muslim tidak mungkin meluapkan kegembiraan atas datangnya hari kemenangan ini dengan bertakbir keliling kota seperti di Indonesia.

Mahasiswa Moslem Indonesia yang tinggal di dormitory juga tidak kalah semangatnya. Setelah mendapat kepastian lebaran, kami langsung melakukan takbir bersama dengan menyewa salah satu ruangan duduk (lounge) di lantai 12. Suasana semakin terasa di tanah air dengan lantunan takbir bergaya Indonesia dari laptop yang merupakan hasil download dari internet. Acara takbiran bersama diakhiri dengan makan malam bersama dengan menu yang tidak kalah Indonesianya yakni pecel yang sambalnya asli dari Indonesia, ketupat dan sayur lodeh yang khusus bikinan istri teman kami yang dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ada sedikit nuansa westnya dengan hadirnya salad yang khusus saya racik dalam rangka belajar. Untuk ketupat ini, jangan bayangkan segenggam nasi yang terbungkus janur seperti di Indonesia. Ketupat atau biasa kita sebut di sini rice cake biasanya kami beli di sebuah toko di China Town (pecinan) dan bentuknya sudah sudah seperti roti lebar yang dari jauh kelihatan seperti jajanan pasar jadah, dan tinggal memotong sesuai permintaan pembeli.

Dengan menggunakan angkutan umum bus nomor 6, saya dan temen Moslem lainnya yang tinggal di dormitory berangkat menuju ke Magic Island yang merupakan tempat dilaksanakannya sholat Ied. Magic Island ini lokasinya persis di pinggir pantai dan berhadapan langsung dengan pusat perbelanjaan Ala Moana Center. Jadi tidak heran, kalau di samping tempat sholat kami banyak orang-orang yang sedang berjemur di pantai.

Di tempat inilah saya bisa memahami keragaman Islam, dan kebesaran Allah yang telah mempertemukan umat Islam dari hampir semua belahan dunia. Mulai dari Afrika, Timur Tengah, Asia, Europa hingga orang-orang asli Amerika. Kami saling menyapa dengan mengucapkan “Ied Mubarak” ketika bertemu, dan dari sinilah persaudaraan Moslem terasa benar-benar kuat, kami tidak lagi memperdulikan warna kulit, asal negara, kenal atau tidak, semuanya luber dalam ikatan keakraban. Bahkan kami saling bergotong royong untuk menyiapkan tempat sholat. Keberagaman ini semakin menarik ketika mengamati bagiamana cara berpakaian jama’ah yang hadir, mulai yang berjubah panjang khas Timur Tengah hingga yang bergaya metal semuanya ada, seperti seorang laki-laki muda dari Afrika ini yang berpakaian selayaknya rapper dengan rambut gimbal, celana pendek dan rantai-rantai yang terikat di saku celananya.

Sebelum jama’ah dimulai, pengurus MAH beberapa kali mengumuman tempat pembayaran zakat. Untuk para jama’ah yang belum berzakat mereka tinggal memasukkan uang sebesar $ 10 ke kotak yang telah disediakan oleh pengurus MAH yang sekaligus sebagai pihak penyalur zakat.

Dengan hanya beralaskan terpal, sekitar 350 orang jama’ah menjalankan sholat Idul Fitri dengan imam Syeh Ismail yang berasal dari Mesir tepat pada pukul 9:15 AM waktu Hawaii. Pada waktu sholat ini, muslimah Indonesia terlihat paling menonjol di antara lainnya, di samping duduknya berderet paling depan juga lebih karena hanya kami yang memakai mukena. Sedang muslimah yang lain hanya memakai baju biasa, bahkan ada memakai baju pendek saja yang diselempangi kerudung tipis yang sekaligus untuk menutupi sebagian kepalanya dan telapak kaki mereka dibiarkan terbuka.

Yang bertindak memberikah khotbah Idul Fitri adalah Syeh Muhammad Abdullah dari Australia. Dengan menggunakan pengeras suara, Syeh yang aslinya kelahiran Pakistan ini dalam khotbahnya banyak menyinggung problem dunia dewasa ini. Menurut Abdullah, “Idul Fitri is full meaning,” salah satu arti terbesarnya yaitu kesejahteraan masyarakat. Abdullah juga menegaskan bahwa Idul Fitri tidak harus disikapi dengan berfoya-foya, seperti baju baru, banyak makanan dan menghambur-hamburkan uang, karena di sisi dunia yang lain banyak saudara-saudara kita yang menyambut Idul Fitri dalam ketakutan bom-bom yang terus menghujam, ancaman kelaparan dan sebagainya. Abdullah juga menyinggung soal homeless yang beberapa waktu lalu sempat menghiasi media Hawaii.

Setelah Abdullah mengakhiri khutbahnya dengan doa, jama’ah saling berangkulan untuk mengucapkan selamat Idul Fitri dan saling minta maaf. Acara pagi itu diakhiri dengan makan roti dan jus yang sudah disediakan oleh pengurus MAH sambil beramah tamah, dan kemudian satu persatu mereka meninggalkan tempat.

Saya dan temen-temen student lainnya juga harus segera pulang ke dormitory untuk persiapan masuk kelas kembali. Maklum kami di Hawaii tidak ada special libur untuk hari raya, jadi kami tetap harus beraktifitas di kampus.

Perbedaan dalam merayakan Idul Fitri telah memberikan saya banyak pelajaran berharga dan salah satu yang terpenting adalah memaknai Idul Fitri dari kacamata yang lebih luas dan mendalam, tidak hanya terkotakkan dengan budaya yang selama ini ada di Indonesia.

Walaupun semuanya serba tidak sama, tapi saya tetap yakin bahwa kesucian Ied juga datang menghampiri kami di Hawaii. Dengan satu doa semoga Idul Fitri menghantarkan kami untuk lebih baik di masa mendatang. Amin.

NB:
1. Nih photo genit ketika mau sholat
2. Photo jamaah
3. Photo ketika berangkat ke tempat sholat
4. Photo Halal bi halal masyarakat Indonesia
5. Photo jama'ah
 
posted by Nihayatul (Ninik) Wafiroh at 12:19 AM, |

1 Comments:

  At 9:00 PM Blogger Rae said:
tadinya kepikiran di hawaii ada orang islamnya gak ya. ternyata ada juga yah. walopun dominasinya bukan penduduk lokal. eh, penduduk lokalnya ada yang islam gak ya?

makasih infonya.