Let's Talk About Love
Saturday, January 03, 2009
Sejak kemarin statusku di FB dan YM aku tulis "Let's Talk about LOVE." Banyak reaksi yang aku dapatkan, mulai dari yang sok melo-melo, sampe yang ngodain aku dengan berbagai komentar, semisal:
"Ih lagi jatuh cinta lagi ya?"
"Hayo enek opo kok tiba-tiba ngomongin love?"
"Suit-suit yang sedang mabuk cinta, lucky deh Babah"
"wah Mbak, aku deg-degan je moco statusmu"
Dan masih banyak lagi pesan yang masuk.
Padahal sebenernya tulisan itu terispirasi setelah beberapa hari ini membaca tragedi di Palestina. Ya... hanya cinta dan doa yang rasanya bisa menyelesaikan konflik di negeri para nabi tersebut. Dan rasa cinta serta doa itu juga yang mengantarkanku untuk menelfon kawanku pagi ini.
Namanya Islam, dia adalah penerima beasiswa Ford Foundation, sama seperti diriku. Dia datang ke Hawaii pada bulan agustus tahun 2008, untuk mengambil program master. Dia berasal dari Palestina, tepatnya di Jalur Gaza. Pada minggu-minggu awal kedatangannya, dia tidak betah, butuh waktu sangat lama bagi dia untuk adaptasi. Kerinduan pada keluarga besarnya dan pengalaman pertama berpisah dari keluarga menjadikan dia sempat ingin memutuskan untuk pulang dan menggagalkan rencana studynya. Akhirnya aku berusaha untuk sharing pengalaman dengan dia, karena kondisi kami yang mungkin sama-sama berjilbab dan dari negara yang mayoritas Islam menjadikan kami sering ngobrol bersama.
Dalam telfon tadi pagi, aku sedikit lega ketika mengetahui kalau kondisi keluarganya baik-baik saja, walaupun lingkungan rumahnya banyak yang hancur. Sumpah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan dia saat ini. Bom yang terus mengguncang jalur gaza, ratusan orang yang meninggal tentu menjadi bayang-bayang ketakutan yang mendalam bagi Sister Islam.
"Sister Islam, We're always with you. We keep praying for your country, and we have big love for you"
"Ih lagi jatuh cinta lagi ya?"
"Hayo enek opo kok tiba-tiba ngomongin love?"
"Suit-suit yang sedang mabuk cinta, lucky deh Babah"
"wah Mbak, aku deg-degan je moco statusmu"
Dan masih banyak lagi pesan yang masuk.
Padahal sebenernya tulisan itu terispirasi setelah beberapa hari ini membaca tragedi di Palestina. Ya... hanya cinta dan doa yang rasanya bisa menyelesaikan konflik di negeri para nabi tersebut. Dan rasa cinta serta doa itu juga yang mengantarkanku untuk menelfon kawanku pagi ini.
Namanya Islam, dia adalah penerima beasiswa Ford Foundation, sama seperti diriku. Dia datang ke Hawaii pada bulan agustus tahun 2008, untuk mengambil program master. Dia berasal dari Palestina, tepatnya di Jalur Gaza. Pada minggu-minggu awal kedatangannya, dia tidak betah, butuh waktu sangat lama bagi dia untuk adaptasi. Kerinduan pada keluarga besarnya dan pengalaman pertama berpisah dari keluarga menjadikan dia sempat ingin memutuskan untuk pulang dan menggagalkan rencana studynya. Akhirnya aku berusaha untuk sharing pengalaman dengan dia, karena kondisi kami yang mungkin sama-sama berjilbab dan dari negara yang mayoritas Islam menjadikan kami sering ngobrol bersama.
Dalam telfon tadi pagi, aku sedikit lega ketika mengetahui kalau kondisi keluarganya baik-baik saja, walaupun lingkungan rumahnya banyak yang hancur. Sumpah, aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan dia saat ini. Bom yang terus mengguncang jalur gaza, ratusan orang yang meninggal tentu menjadi bayang-bayang ketakutan yang mendalam bagi Sister Islam.
"Sister Islam, We're always with you. We keep praying for your country, and we have big love for you"
Semoga Allah melindungi saudara saudara kita.