Tentu temen-temen blogger sudah tidak asing lagi dengan buku yang menghebohkan ini "Ayat-ayat Cinta" yang dikarang oleh alumni al-Azhar, Habiburrahman el-Shirazy. Sebenernya aku telah mendengar kedahsyatan buku ini sejak awal-awal tahun 2005. Cetakan pertama Desember 2004, hingga September 2005, buku ini sudah dicetak sebanyak delapan kali.
Saat itu awal-awal tahun 2005, beberapa teman di Jogja sudah menceritakan buku ini. Tapi entahlah aku tidak tertarik sama sekali. Pertengahan tahun 2005, saat aku mengikuti pelatihan di PPB UI, seorang teman membawa buku itu. Aku hanya sempat melihat sekilas saja, tanpa pernah punya keinginan untuk membacanya.
To be honest, aku dulu saat masih teenager sangat tergila-gila dengan tulisan-tulisan di An-Nida. Cuman semua berubah setelah aku mulai kuliah di Jogja. Saat membaca judul novel "ayat-ayat cinta" yang terlintas dalam pikiranku adalah "paling tidak jauh-jauh dari tulisan-tulisan di an-nida."
Beberapa bulan lalu, tepatnya dua bulanan setelah aku di US, beberapa teman yang kuliah di Vermont, bercerita tentang Hadi Susanto. Dengan enteng aku tanya " siapa sih Hadi Susanto itu?." Temen muslimahku dari Aceh ini kaget bukan main ketika mengetahui aku gak tahu Hadi Susanto yang notabene adalah orang yang memberi pengantar dalam buku The best seller itu. Hadi Susanto ini sekarang sedang menjadi dosen tamu di Massachusetts. Aku juga sempat dikasih emailnya. Cuman lagi-lagi aku tidak tertarik.
Aku sempat terusik untuk membaca buku ini, ketika suamiku datang dari Indonesia membawa buku ini. Aku pikir, kayaknya buku ini bagus bener deh. Aku tahu selera buku suamiku, dia sangat selektif dalam memilih buku, kalau dia aja baca, tentu buku ini benar-benar oke. Cuman lagi-lagi aku masih kekeh dengan asumsi pertamaku.
Hingga tadi malam, saat mataku sudah sangat lelah membaca buku "POLITIC OF PIETY" karangan Prof. SABA MAHMOOD. Seorang perempuan dari Pakistan yang sekarang menjadi profesor di US. Dan buku ini sekarang sering menjadi rujukan para scholar. Mas Sukidi telah lama merekomendasikan untuk baca buku ini, cuman baru hari-hari ini aku sempat baca. Sehari itu aku sudah memelototin buku itu. Saat kelelahan mataku dan otakku memuncak, dan jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku menutup buku yang ditulis berdasarkan reseach di Mesir ini. Cuman mataku belum mau terpejam.
Dalam keadaan seperti ini, salah satu jalan pengantar tidur yang paling baik adalah membaca buku. Tapi pikiranku terlalu capek untuk membaca buku bahasa enggrish lagi. Setelah mencari-cari buku bahasa Indonesia di rak bukuku, aku hanya menemukan buku "ayat-ayat cinta." Ya udah deh, dari pada gak bisa tidur aku baca aja buku itu.
Malam itu aku baca hingga 2/3 bab, cuman belum ada yang menyentuh tuh. Baru pagi tadi setelah aku meneruskan baca buku itu, aku menemukan sesuatu yang lain dalam buku itu. Keinginan untuk terus mengikuti perjalanan si Fahri terus mengusikku. Hari ini aku punya tiga kelas. Di kelas pertama jam 9-10.15, aku masih mencuri-curi waktu untuk membaca buku ini. Di kelas kedua 10.30-11.45 aku tidak bisa melakukannya lagi, karena aku harus memberikan presentasi, walaupun dalam otakku aku pengen banget menyelesaikan baca buku itu, entah tiba-tiba aku seperti terhipnotise untuk menelusuri lembar demi lembar dari novel ini.
Setelah kelas selesai, aku baru merasa kalau perutku sudah teriak-teriak. Habis tadi pagi keasyikan baca novel itu, aku ampe lupa breakfast. Biasanya setelah kelas kedua ini aku langsung pulang dan lunch di dorm. Cuman tadi, aku pengen duduk-duduk di foodland kampus sambil baca buku. Dengan ditemani brach (breakfast and lunch) dengan ayam chip dan minuman favoriteku dari Starbucks Caramel mocca shake, aku duduk di luar Paradise Palm sambil terus membaca novel heboh ini.
Tanpa terasa sudah pukul 1.30 pm. aku harus segera menyelesaikan makanku dan pergi ke American Saving Bank. Untunglah di US ini, urusan dengan Bank berjalan cepat, hanya sekitar 10 menit semuanya selesai. Aku menuju ke Saunders Hall tempat kuliahku akan berlangsung. Ketika kulirik jam tangan, aku bernafas lega, karena aku masih punya waktu ngelanjutin baca novel ini hingga 40 menit ke depan, sebelum kelas dimulai pada pukul 2.30. Dikelas pun, yang biasanya aku duduk di depan, kali ini aku duduk di deretan belakang, agar bisa mencuri-curi baca buku. Untung sekarang hari-hari terahir, jadi kelas hanya diisi presentasi. Hingga kelas berahir aku masih menyisakan satu or dua bab lagi.
PUlang kuliah jam 3.45, aku langsung menuju ke kamar, dan melanjutkan lagi baca buku itu hingga khatam. Bab-bab terahir ini ternyata mampu memaksa air mataku turun. Aku tidak tahu apa yang aku rasakan saat itu. Aku tidak punya perasaan seperti para pengagum novel ini yang ingin seperti Aisha or bermimpi memiliki suami seeprti Fahri. Tapi entahlah aku terus meneteskan air mata hingga lembaran terahir dari novel ini aku baca.
Walaupun banyak dari opini Fahri yang tidak aku sepakati, seperti contoh bagaimana Fahri sangat keras hati untuk tidak menyentuh Maria, walaupun gadis itu diambang kematian. Atau ungkapan Nurul dan Nora yang rela menjadi budaknya Fahri. Atau bagaimana sang penulis berusaha menghadirkan sosok Fahri yang sangat sempurna hampir tanpa cela. Bagiku setiap orang pasti ada cela, dan aku juga ingat salah seorang teman yang penulis novel juga pernah bilang, tidak harus tokoh sentral itu menjadi nomor satu. Jawaban itu dia berikan ketika aku mepertanyakan cerita novelnya yang notabene adalah pengalaman pribadinya sendiri. Pada kenyataannya temenku yang penulis ini meraih juara satu ketika di sekolah, tapi dalam novel itu tokoh sentralnya yang tidak lain dirinya sendiri, di posisikan tidak nomer satu. Dan aku pikir ini lebih menarik. Tapi dengan segala ketidak sepakatanku dengan penulis novel ini, ternyata novel ini tetap mampu menggiringku ke suasana yang mengharubiru.
Dari novel itu, aku jadi sadar banyak hal yang bisa dilakukan untuk menyampaikan dakwah. beberapa hadis dan tafsiran yang disetir dalam novel itu, aku sudah mengetahuinya. Cuman ini tidak mengurangi kekagetanku ketika bahan-bahan Tafsir Hadis yang pernah juga aku pelajari di IAIN Sunan Kalijaga bisa menjadi bahan pendukung penulisan fiksi. Amazing...
Yang jelas setelah baca novel ini, aku tiba-tiba kangen sekali dengan suamiku, dan aku segera melihat jam yang menunjukkan pukul 5 sore, berarti sekitar sejam lagi suamiku datang. Aku harus segera masak untuk dinner, agar nanti ketika dia datang makanan sudah siap. Itu pula yang selalu dilakukan suamiku bila dia tidak ada acara, dan aku harus sibuk belajar, pasti pulang dari kuliah dia sudah siap dengan masakannya.
I Miss you honey